Playlist

Sabtu, 02 Agustus 2014

Dua Pilihan Hati (Bagian I)

Saya besar di Undip selama 4 tahun. Tepat bulan September 2009 saya mulai kuliah disana. dan tepat September 2013 pula saya lulus dari sana.
Undip bukanlah pilihan pertama saya masuk kuliah S1. Bahkan saya tak mencantumkan undip dalam daftar universitas yang ingin saya daftar. hehe
Sejak SMA saya ngidam ingin melanjutkan ke UI. Serasa kesurupan jin UI. Siapa sih yang tidak mau kuliah di UI. Secara Universitas terbaik Indonesia yang mampu melahirkan tokoh-tokoh  dan pakar-pakar terbaik. Karena saya sekolah di SMA N 1 Tegal saya begitu giat mengikuti agenda yang diadakan oleh himpunan mahasiswa UI asal tegal “SINTESA”. Diantaranya Tour D’UI, Expo UI, dan UI goes to school. Tidak ada yang terlewat dari schedule saya. Ya namanya juga orang ngidam. Apapun akan dilakukan untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Alhasil semua jalur masuk UI saya tempuh. Mulai dari SIMAK, UMB PTN, SNMPTN, semuanya pilih UI. Agaknya saat itu demen banget sama warna kuning. Sebagai khas UI. Segala bentuk buku panduan, stiker berlogo UI tak absen saya koleksi. Widih segitunya. Dan jurusan yang saya mau adalah kedokteran dan teknik industri. Apa tidak gila tuh. Dua-dua nya adalah jurusan favorit dan pemegang passing grade tinggi. Sekelas saya yang masih pas-pasan otaknya agaknya masih minder untuk memilih jurusan tersebut. Ah. Namanya juga anak muda. Idealisme terhadap cita-citanya masih terlampau tinggi. Nah kalau teknik industri itu juga sebenarnya asing ditelinga saya. Apaan tuh teknik industri. Jangan-jangan....hehe

Ternyata pikiran saya semakin kalut. Ketika saya mendengar cerita senior SMA saya yang saat itu bekerja di PT. Telkomsel. Ia adalah lulusan Tek.Industri UI. Ah...semakin jatuh deh hati saya ke UI. Senior itu bilang kuliah TI itu asik. Masa depan jelas. Ya seperti yang ia rasakan saat itu. Kerjanya jalan-jalan, pantau sana-pantau sini. Enak rasanya. Wah saya jadi tambah pengin kuliah TI saat itu. dan tentunya di UI. J
Apa mau dikata. Setelah berjuang mengikuti segala macam seleksi. Saya jatuh dipersimpangan. Saya memang dapat jaket kuning. Benar saya dapat. Tapi...sayang, bukan jaket kuning UI melainkan jaket kuning UNNES. Subhanallah...
Karena sangkin khawatir tidak dapet universitas sayapun akhirnya membayar biaya semesteran UNNES. Dan rupaya saya harus lebih berbesar jiwa mungkin takdir saya kuliah di UNNES. Ya saat itu saya juga mencoba ikut test yang diselenggarakan UNNES. Mencoba mencari yang terbaik saja. Akhirnya saya diterima. Yah ada perasaan bersalah. Bukan karena saya diterimanya di UNNES. Tapi merasa bersalah karena doa saya waktu itu kurang lengkap dan detail. Saya masih inget saya pengin memakai jaket kuning. Pokoknya ngidam banget pake jaket kuning. Sampai-sampai saat Tour D’UI saya pernah make jaket milik senior rasanya pas. Nyaman, dan KEREN. Doa saya pun terkabul. Akhirnya saya berhasil mendapatkan jaket kuning. Dan bukannya jaket kuning dari UI melainkan dari UNNES. Semestinya doa saya saat itu harus jelas dan detail. Kuliah S1 di UI, jurusan teknik industri, tahun 2009, dll. Selengkap mungkin dan sedetail mungkin. Karena Allah Maha mengabulkan.
Apa mau dikata. Saya akan berkuliah di pendidikan fisika UNNES. Subhanallah...Sesuatu yang tidak bisa dibayangkan betapa pusingnya saya, jika hari-hari saya akan diisi dengan rumus-rumus fisika. Ya Allah...
Ternyata Allah berkehendak lain. Setelah saya pasrah saya harus kuliah di UNNES. Tepat pada tanggal 9 Agustus 2009. Pengumuman UM UNDIP. Saya dinyatakan diterima di UNDIP jurusan Teknik Industri. Masya Allah...hati sedikit terhibur.
Saya yang sama sekali tak berpikir ingin kuliah di UNDIP. Bahkan tak mencantumkan UNDIP didaftar universitas pilihan ternyata disitulah saya berlabuh.
Saat masa-masa pendaftaran saya juga mengikuti segala macam tes yang diadakan PTN. Orang tua meminta saya untuk mencoba berbagai macam kemungkinan. Tidak boleh hanya satu saja objek tujuan. Boleh saya ngebet UI tapi juga jangan meremehkan yang lain. Tidak ada yang tahu apa yang terbaik bagi kita kecuali Allah. Akhirnya saya mengikuti UM UNDIP. Saat itu banyak juga teman-teman yang ikut jadi hati saya juga lebih ringan. Meski hati hanya satu yaitu UI.
Dan akhirnya, nasib mengantarkan saya ke UNDIP. Dan saya harus bilang “Good Bye UNNES”. Sesuatu yang tak pernah saya bayangkan. Saya berada didaerah Tembalang. Sebuah kawasan yang dulu masih sangat sepi. Dan sekarang hampir menyamai kota tegal. Ramai dan padat. Ternyata itu kehendak Allah. Sesuatu yang tidak pernah saya sangka. Tapi disitulah saya tumbuh menjadi pribadi pembelajar.
Awal-awal saya kuliah di UNDIP masih belum ikhlas melepas UI dari hati saya. Status FB saya banyak rasa kecewa karena tidak di UI. Saya lebih menginginkan masa-masa SMA dibanding kuliah. Apalagi di PTN yang bukan minat saya. Sampai tahun berikutnya saya mengikuti SNMPTN lagi. Dan lagi-lagi saya mengambil UI. Ternyata memang bukan rejeki saya kuliah di UI. Saya pun harus menyerah. Ternyata UNDIP adalah jodoh saya. Saya berulang kali mencoba menulis aku cinta UNDIP untuk menghancurkan perasaan saya ke UI. Tapi UNDIP tak bergeming. Mungkin UNDIP tak butuh kata-kata. UNDIP butuh aksi nyata.
Dan bukti nyata usaha saya untuk mencintai UNDIP adalah dengan mengikuti kegiatan organisasi di UNDIP. Dan itu lah babak-babak saya MULAI menjadi insan pecinta UNDIP.
Saya berusaha berkarya sebisa saya untuk UNDIP. Jatuh bangun saya lakukan demi UNDIP. Dan batapa terharunya saya saat UNDIP membalas cinta saya. UNDIP memberikan segalanya untuk saya. Dan inilah episode kebangkitan saya.
UNDIP I love you so much. Ternyata kau membuktikan padaku bahwa kau lebih layak aku cintai dibanding UI. Bahwa kau lebih menerima aku apa adanya dibanding UI. Sekuat tenaga aku mencoba masuk UI, tapi ia sama sekali tak bergeming. Tapi kau UNDIP, baru sedikit kontribusiku padamu kau beri segalanya.
Kau pun tak menyusahkan aku untuk menerimaku di hatimu. Hanya sekali saja tes yang aku ikuti kau langsung menerimaku. Berbeda dengan UI. Ahh. UNDIP kau memang JODOH ku.
Saya yakin pada penasaran kan apa yang UNDIP beri untuk saya. Sungguh takkan ternilai kawan.
1. UNDIP beri saya beasiswa full sampai lulus dari BUMN
2. UNDIP beri saya kesempatan bergabung dengan organisasi yang diisi orang-orang hebat
3. UNDIP beri saya kesempatan berguru dengan dosen-dosen beprestasi
4. UNDIP beri saya keluarga baru bernama TEKNIK INDUSTRI     
5. UNDIP beri saya keluarga baru bernama Zeronine
6. UNDIP beri saya keluarga baru bernama HMTI
7. UNDIP beri saya keluarga baru bernama IIC
8. UNDIP beri saya keluarga baru bernama FSMM
9. UNDIP beri saya keluarga baru bernama INSANI
10. UNDIP beri saya keluarga baru bernama Tim KKN Desa Blimbing
11. UNDIP beri saya keluarga baru bernama TIM 17
11. UNDIP beri saya keluarga baru warga WONOSOBO dan Desa Blimbing
12. UNDIP beri saya kesempatan menikmati PIMNAS XXV
13. UNDIP beri saya kesempatan menikmati INCHALL ITS 2012
14. UNDIP beri saya kesempatan menikmati LKTI UI 2013
Dan masih banyak yang lain yang UNDIP beri untuk saya.
Dan yang paling berharga yang UNDIP berikan untuk saya adalah persaudaraan yang akan saya rindukan sampai ke surga. Ia lah teman-teman seperjuangan. Teman-teman satu halaqoh. Teman-teman TARBIYAH...
*Akhir episode I “Dua Pilihan hati”


Di episode II “Dua pilihan hati” nanti saya akan mengupas tentang takdir Allah yang lain. Nantikan peluncurannya ya. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar