Undip bukanlah pilihan pertama
saya masuk kuliah S1. Bahkan saya tak mencantumkan undip dalam daftar universitas
yang ingin saya daftar. hehe
Sejak SMA saya ngidam ingin
melanjutkan ke UI. Serasa kesurupan jin UI. Siapa sih yang tidak mau kuliah di
UI. Secara Universitas terbaik Indonesia yang mampu melahirkan tokoh-tokoh dan pakar-pakar terbaik. Karena saya sekolah
di SMA N 1 Tegal saya begitu giat mengikuti agenda yang diadakan oleh himpunan
mahasiswa UI asal tegal “SINTESA”. Diantaranya Tour D’UI, Expo UI, dan UI goes
to school. Tidak ada yang terlewat dari schedule saya. Ya namanya juga orang
ngidam. Apapun akan dilakukan untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Alhasil
semua jalur masuk UI saya tempuh. Mulai dari SIMAK, UMB PTN, SNMPTN, semuanya
pilih UI. Agaknya saat itu demen banget sama warna kuning. Sebagai khas UI. Segala
bentuk buku panduan, stiker berlogo UI tak absen saya koleksi. Widih segitunya.
Dan jurusan yang saya mau adalah kedokteran dan teknik industri. Apa tidak gila
tuh. Dua-dua nya adalah jurusan favorit dan pemegang passing grade tinggi. Sekelas
saya yang masih pas-pasan otaknya agaknya masih minder untuk memilih jurusan
tersebut. Ah. Namanya juga anak muda. Idealisme terhadap cita-citanya masih
terlampau tinggi. Nah kalau teknik industri itu juga sebenarnya asing ditelinga
saya. Apaan tuh teknik industri. Jangan-jangan....hehe
Ternyata pikiran saya semakin kalut.
Ketika saya mendengar cerita senior SMA saya yang saat itu bekerja di PT.
Telkomsel. Ia adalah lulusan Tek.Industri UI. Ah...semakin jatuh deh hati saya
ke UI. Senior itu bilang kuliah TI itu asik. Masa depan jelas. Ya seperti yang
ia rasakan saat itu. Kerjanya jalan-jalan, pantau sana-pantau sini. Enak rasanya.
Wah saya jadi tambah pengin kuliah TI saat itu. dan tentunya di UI. J
Apa mau dikata. Setelah berjuang
mengikuti segala macam seleksi. Saya jatuh dipersimpangan. Saya memang dapat
jaket kuning. Benar saya dapat. Tapi...sayang, bukan jaket kuning UI melainkan
jaket kuning UNNES. Subhanallah...
Karena sangkin khawatir tidak
dapet universitas sayapun akhirnya membayar biaya semesteran UNNES. Dan rupaya saya
harus lebih berbesar jiwa mungkin takdir saya kuliah di UNNES. Ya saat itu saya
juga mencoba ikut test yang diselenggarakan UNNES. Mencoba mencari yang terbaik
saja. Akhirnya saya diterima. Yah ada perasaan bersalah. Bukan karena saya
diterimanya di UNNES. Tapi merasa bersalah karena doa saya waktu itu kurang
lengkap dan detail. Saya masih inget saya pengin memakai jaket kuning. Pokoknya
ngidam banget pake jaket kuning. Sampai-sampai saat Tour D’UI saya pernah make
jaket milik senior rasanya pas. Nyaman, dan KEREN. Doa saya pun terkabul. Akhirnya
saya berhasil mendapatkan jaket kuning. Dan bukannya jaket kuning dari UI
melainkan dari UNNES. Semestinya doa saya saat itu harus jelas dan detail. Kuliah
S1 di UI, jurusan teknik industri, tahun 2009, dll. Selengkap mungkin dan
sedetail mungkin. Karena Allah Maha mengabulkan.
Apa mau dikata. Saya akan
berkuliah di pendidikan fisika UNNES. Subhanallah...Sesuatu yang tidak bisa
dibayangkan betapa pusingnya saya, jika hari-hari saya akan diisi dengan
rumus-rumus fisika. Ya Allah...
Ternyata Allah berkehendak lain.
Setelah saya pasrah saya harus kuliah di UNNES. Tepat pada tanggal 9 Agustus
2009. Pengumuman UM UNDIP. Saya dinyatakan diterima di UNDIP jurusan Teknik
Industri. Masya Allah...hati sedikit terhibur.
Saya yang sama sekali tak
berpikir ingin kuliah di UNDIP. Bahkan tak mencantumkan UNDIP didaftar
universitas pilihan ternyata disitulah saya berlabuh.
Saat masa-masa pendaftaran saya
juga mengikuti segala macam tes yang diadakan PTN. Orang tua meminta saya untuk
mencoba berbagai macam kemungkinan. Tidak boleh hanya satu saja objek tujuan. Boleh
saya ngebet UI tapi juga jangan meremehkan yang lain. Tidak ada yang tahu apa
yang terbaik bagi kita kecuali Allah. Akhirnya saya mengikuti UM UNDIP. Saat
itu banyak juga teman-teman yang ikut jadi hati saya juga lebih ringan. Meski hati
hanya satu yaitu UI.
Dan akhirnya, nasib mengantarkan
saya ke UNDIP. Dan saya harus bilang “Good Bye UNNES”. Sesuatu yang tak pernah
saya bayangkan. Saya berada didaerah Tembalang. Sebuah kawasan yang dulu masih
sangat sepi. Dan sekarang hampir menyamai kota tegal. Ramai dan padat. Ternyata
itu kehendak Allah. Sesuatu yang tidak pernah saya sangka. Tapi disitulah saya
tumbuh menjadi pribadi pembelajar.
Awal-awal saya kuliah di UNDIP
masih belum ikhlas melepas UI dari hati saya. Status FB saya banyak rasa kecewa
karena tidak di UI. Saya lebih menginginkan masa-masa SMA dibanding kuliah. Apalagi
di PTN yang bukan minat saya. Sampai tahun berikutnya saya mengikuti SNMPTN
lagi. Dan lagi-lagi saya mengambil UI. Ternyata memang bukan rejeki saya kuliah
di UI. Saya pun harus menyerah. Ternyata UNDIP adalah jodoh saya. Saya berulang
kali mencoba menulis aku cinta UNDIP untuk menghancurkan perasaan saya ke UI. Tapi
UNDIP tak bergeming. Mungkin UNDIP tak butuh kata-kata. UNDIP butuh aksi nyata.
Dan bukti nyata usaha saya untuk
mencintai UNDIP adalah dengan mengikuti kegiatan organisasi di UNDIP. Dan itu
lah babak-babak saya MULAI menjadi insan pecinta UNDIP.
Saya berusaha berkarya sebisa
saya untuk UNDIP. Jatuh bangun saya lakukan demi UNDIP. Dan batapa terharunya
saya saat UNDIP membalas cinta saya. UNDIP memberikan segalanya untuk saya. Dan
inilah episode kebangkitan saya.
UNDIP I love you so much. Ternyata
kau membuktikan padaku bahwa kau lebih layak aku cintai dibanding UI. Bahwa kau
lebih menerima aku apa adanya dibanding UI. Sekuat tenaga aku mencoba masuk UI,
tapi ia sama sekali tak bergeming. Tapi kau UNDIP, baru sedikit kontribusiku
padamu kau beri segalanya.
Kau pun tak menyusahkan aku
untuk menerimaku di hatimu. Hanya sekali saja tes yang aku ikuti kau langsung
menerimaku. Berbeda dengan UI. Ahh. UNDIP kau memang JODOH ku.
Saya yakin pada penasaran kan
apa yang UNDIP beri untuk saya. Sungguh takkan ternilai kawan.
1.
UNDIP beri saya beasiswa full sampai lulus dari BUMN
2.
UNDIP beri saya kesempatan bergabung dengan organisasi yang diisi orang-orang
hebat
3.
UNDIP beri saya kesempatan berguru dengan dosen-dosen beprestasi
4.
UNDIP beri saya keluarga baru bernama TEKNIK INDUSTRI
5. UNDIP beri saya
keluarga baru bernama Zeronine
6. UNDIP beri saya
keluarga baru bernama HMTI
7. UNDIP beri saya
keluarga baru bernama IIC
8. UNDIP beri saya
keluarga baru bernama FSMM
9. UNDIP beri saya
keluarga baru bernama INSANI
10. UNDIP beri saya
keluarga baru bernama Tim KKN Desa Blimbing
11. UNDIP beri saya
keluarga baru bernama TIM 17
11. UNDIP beri saya
keluarga baru warga WONOSOBO dan Desa Blimbing
12. UNDIP beri saya
kesempatan menikmati PIMNAS XXV
13. UNDIP beri saya
kesempatan menikmati INCHALL ITS 2012
14. UNDIP beri saya
kesempatan menikmati LKTI UI 2013
Dan masih banyak yang
lain yang UNDIP beri untuk saya.
Dan yang paling
berharga yang UNDIP berikan untuk saya adalah persaudaraan yang akan saya
rindukan sampai ke surga. Ia lah teman-teman seperjuangan. Teman-teman satu
halaqoh. Teman-teman TARBIYAH...
*Akhir episode I “Dua
Pilihan hati”
Di episode II “Dua
pilihan hati” nanti saya akan mengupas tentang takdir Allah yang lain. Nantikan
peluncurannya ya. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar